Eksotisme Raja Lima Nusa Penida
Eksotisme Raja Lima Nusa Penida Bali / dokpri
Tanggal 11-13 Oktober 2020
lalu, menjadi pengalaman berharga saya. Saya terpilih dalam program
implementasi CHSE (Cleaness, Healthy, Safety, Environment Sustainability).
Program ini merupakan acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwasata
dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI dan Pemerintah Bali. Di mana, para
peserta melakukan eksplorasi semua destinasi wisata di seluruh Bali.
Saya terpilih dalam Program
10 Trip ke-3 yang melakukan jalan-jalan ke Nusa Penida. Semua akomodasi
ditanggung oleh pihak penyelenggara selama 3 hari dan 2 malam.
Saya dan rombongan naik
kapal fery cepat dari Pelabuhan Sanur Denpasar menuju Pelabuhan Toya Pakeh Nusa
Penida. Dan, kami menjelajah semua destinasi menarik di Nusa Penida, sesuai
jadwal yang ada.
Dari semua destinasi
wisata, jelajah ke Raja Lima merupakan pengalaman yang tidak bisa dilupakan.
Sebenarnya, destinasi wisata ini bernama Rumah Pohon Molenteng. Namun, spot
yang menarik dan menonjol berupa pulau-pulau kecil di tengah lautan. Layaknya
Raja Ampat di Papua.
Karena, medannya masih alami. Maka, akses ke Raja Lima sungguh luar
biasa. Tanjakan dan turunan serta kelokan jalan dilalui. Saya dan teman-teman
menikmatinya dengan asik. Kondisi tanahnya saja masih dibuat apa adanya.
Banyak spot menarik di Raja Lima yang bisa untuk berfoto ria.
Seperti, tempat duduk berbentuk Love. Serta, rumah pohon yang menjadi
kebanggaan para wisatawan.
Namun, pengalaman yang menjadi kenangan saya hingga kini adalah akses
menuju puncak untuk berfoto. Ratusan anak tangga yang masih berupa tanah, harus
saya lalui. Saya mesti bawa air cukup untuk persediaan kalau mendadak haus.
Saya mesti hati-hati. Karena, pegangan untuk menuruni tangga masih
berupa tali. Layaknya tali jemuran berwarna biru laut. Setiap saya merasa lelah,
setelah menapaki beberapa anak tangga. Saya berhenti sebentar untuk mengambil
nafas. Dan, menghimpun tenaga kembali. Jika haus, maka minum lagi untuk menjaga
stamina tubuh.
Akses tangga yang menguras energi dengan bantuan tali jemuran / dokpri
Setelah menuruni ratusan anak tangga. Ada spot menarik yang
membuat saya sepuasnya berfoto. Saya melihat pulau-pulau kecil di tengah
lautan. Yang orang menyebutnya sebagai Raja Lima. Sungguh indah sekali. Saya
melepas penat sambil duduk-duduk.
Di area ini, saya bisa melihat dengan jelas Raja Lima. Air laut yang
membiru sangatlah indah. Sangat kontras dengan pulau-pulau yang ada. Cuaca saat
itu benar-benar bersahabat. Karena, langit begitu cerah.
Beristirahat sebentar di spot menarik Raja Lima Nusa Penida / dokpri
Setelah puas menikmati di area berfoto. Saya meski menjajal spot terbaru.
Yaitu, puncak tertinggi Raja Lima. Oleh sebab itu, saya harus menaiki ratusan
anak tangga kembali. Cuma, jumlah anak tangga ini tidak sebanyak dengan anak
tangga, saat menuruni tangga yang pertama.
Meskipun, rasa Lelah sudah hilang. Tetapi, menaiki ratusan anak tangga kembali
bukanlah pekerjaan mudah. Masih merasa ngos-ngosan, saya mencoba menaiki
anak tangga lagi. Untuk mencapai puncak Raja Lima. Yang menjadi primadona para
pengunjung.
Di puncak tertinggi, saya benar-benar merasa bangga. Inilah kesempatan
pertama yang harus dirayakan. Foto-foto menjadi keharusan. Yang menarik di area
ini adalah terdapat pelinggih, tempat sembahyang masyarakat Hindu Bali.
Saya melihat dengan jelas pesona Raja Lima. Sungguh, sebuah keindahan
yang tidak bisa terlukiskan. Rasa Lelah terbayar lunas. Setelah melihat
eksotisme Raja Lima, yang mulai dikenal dunia. Dengan tetap menggunakan protokol
kesehatan, saya mengabadikan semua keindahan yang ada di sekitarnya.
Saya bersyukur bahwa keindahan Bali, khususnya Raja Lima bisa dikunjungi
siapapun. Tentu, dengan menggunakan protokol kesehatan. Nusa Penida begitu
indah. Sayang, kalau dilewatkan.
Rasa Lelah terasa hilang seketika, saat mencapai puncak Raja Lima Nusa Penida / dokpri
Setelah menikmati semua keindahan Raja Lima atau Rumah Pohon Molenteng.
Maka, saatnya turun dan naik melewati ratusan anak tangga kembali. Sebuah
proses yang akan membuat nafas menjadi ngos-ngosan. Ditambah dengan
panas terik Nusa Penida yang mampu membakar kulit.
Saking lelahnya, saya pun tak mampu melangkahkan kaki lagi. Terpaksa,
saya beristirahat di sebuah warung sederhana. Yang saat itu masih tutup. Angin
sepoi cool banget. Rasa adem pun sangat terasa. Karena, tidak tersengat
panas terik matahari.
Saya kapok? Tentu tidak. Meskipun, rasa Lelah menjalar ke seluruh tubuh.
Namun, jika suatu saat berkunjung Kembali ke Raja Lima. Maka, pantang untuk
menolaknya. Karena, eksotismenya membuat saya ingin Kembali menjelajah.
Selamat berlibur ke Bali. Dan, selamat menjelajah Nusa Penida, khususnya Raja Lima. Destinasi wisata yang masih alami. Ngos-ngosan yang dibayar dengan keindahan pulau-pulau di tengah laut. Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan.
Beristirahat di sebuah warung sederhana setelah menikmati pesona Raja Lima Nusa Penida / dokpri
Komentar